Bupati Lobar Sambangi Nakes di Salah Satu Hotel Mewah, Ini Curhatan Mereka

Lombok Barat, Talikanews.com – Bentuk rasa simpati dan prihatin terhadap garda terdepan penanganan kasus Covid-19. Bupati, Lombok Barat, H Fauzan Khalid sambangi 28 orang tenaga kesehatan yang masih menjalani isolasi karena menunggu hasil swab di salah satu hotel mewah, Rabu 27 Mei 2020.

Kunjungan Bupati itu didampingi Ketua DPRD Hj. Nurhidayah, Kapolres Bagus Satrio Wibowo, Dandim 1606 Efrijon Kroll, Sekretaris Daerah H. Baehaqi, Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman H. Lalu Winengan, Kepala Dinas Kesehatan Hj. Ambaryati, dan Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinas Kesehatan H. Ahmad Taufiq Fatoni.

“Kami berusaha menghibur dan menguatkan hati mereka. Mereka ini sehat, tapi harus berpisah dari keluarga karena kontak dengan pasien. Jadi kami fasilitasi mereka mengisolasi diri sampai hasil swabnya keluar untuk kami serahkan ke RSUD atau kami pulangkan kalau hasil swab-nya yang kedua dinyatakan negatif,” ungkap Fauzan Khalid, Kamis 28 Mei 2020.

Dia mengatakan, Pemerintah Daerah telah mengambil kebijakan untuk mengisolasi mereka di hotel demi melindungi keluarga para nakes dari berinteraksi dengan mereka di masa 14 hari ini. Saat ini jumlah mereka yang dikarantina sebanyak 28 orang dan 7 lainnya harus dirawat di ruang isolasi di dua Rumah Sakit milik Lombok Barat.

Kedatangan Bupati beserta rombongan itu disambut salah seorang Nakes. Saat itu, Nakes yang enggan disebutkan namanya terharu atas kedatangan pejabat itu dan mengingatkan agar bupati menjaga jarak walau rombongan telah melengkapi diri dengan alat pelindung diri (ADP) yang disiapkan oleh hotel tersebut.

“Mohon pak bupati dan aparat bisa membantu kami. Tolong beri pemahaman kepada Kadus, Kaling, dan masyarakat untuk menerima kami nantinya kalau kami sudah bisa pulang,” pinta Nakes itu.

Pria yang telah dikarantina lebih dari dua hari itu mengaku keluarganya pun saat ini merasa dikucilkan oleh para tetangga. “Anak istri saya dijauhi dan tidak ada yang berani dekat dengan mereka,”tuturnya.

Mendengar hal itu, Fauzan mengaku prihatin. Di tengah resiko terinfeksi, para nakes ini juga harus mengalami persoalan sosial di tempat tinggalnya masing-masing.

“Masyarakat tidak semestinya memperlakukan mereka atau siapapun seperti itu (mengucilkan, red). Mereka ini sehat tapi masih menunggu hasil swab. Kalau negatif, mereka bisa pulang. Tolong masyarakat menerima karena itu artinya mereka ini sehat seperti orang lain. Sama halnya dengan orang yang sudah sembuh dan harus pulang, mereka bisa beraktivitas kembali seperti orang lain,” ujar Fauzan.

Bagi Fauzan, yang penting semua orang menjalankan protokol pencegahan. Jadi masyarakat harus mengedepankan aspek pencegahan dengan tetap menjaga jarak fisik, tidak menghadiri kerumunan,tetap memakai masker, dan rajin mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, tegas Fauzan. Dengan begitu tidak perlu sampai mengucilkan orang-orang yang telah ditetapkan sembuh atau telah ditetapkan negatif dari Covid 19.

Kepala Bidang P3KL Dinas Kesehatan H. Ahmad Taufiq Fatoni memaparkan jumlah kasus sebanyak 114 orang ditetapkan positif Covid 19 dan 7 di antaranya adalah para tenaga kesehatan.

“Ini salah satu resiko yang harus kami tanggung. Kami tetap ikhlas, namun kami tetap memohon agar kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan karena ini salah satu kunci keberhasilan kita menghadapi bahaya virus ini. Apalagi dengan kondisi tenaga kesehatan yang bekerja saat ini jumlahnya berkurang, tentu kami akan kesulitan memberikan pelayanan dan perawatan kepada pasien di ruang isolasi. Untuk menambah jumlah mereka di ruang isolasi, kami harus memperhitungkan rasionya untuk pelayanan ruang lainnya,” terang Fatoni.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Hj. Lale Prayatni di lain kesempatan, bahwa terjangkitnya para tenaga kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti menjadi cluster baru dalam penyebaran Covid 19.

“Bisa jadi Provinsi NTB akan menjadikan penyebaran Covid 19 yang mengenai para tenaga kesehatan sebagai cluster baru, yaitu Cluster Nakes,” papar Lale.

Terkait hotel tempat isolasi para tenaga kesehatan ini, General Manajer hotel tidak ingin dipublikasikan. Namun menyiapkan 85 kamar untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin melakukan isolasi mandiri.

“Dalam hal ini, kami membantu siapapun untuk melakukan isolasi mandiri. Kami juga menerapkan protokol yang ketat, mulai dari loby sampai kamar yang dimanfaatkan untuk menginap,” ujar General Manajer tersebut.

Protokol tersebut, terangnya adalah penyemprotan disinfektan di semua lokasi yang dilakukan rutin 3 kali sehari, penyediaan thermogun dan alat pelindung diri (ADP) dan bahkan menyiapkan fasilitas makan yang sesuai dengan standar hotel.

“Kita (hotel, red) tidak sendiri dalam menyediakan fasilitas isolasi. Karena kondisi pariwisata kita yang sudah susah seperti ini, penyediaan kamar isolasi adalah pilihan yang terpaksa kami ambil untuk bisa bertahan dari kondisi seperti saat ini,” tutupnya (TN-red)

Related Articles

Back to top button