Sinergitas Pentahelix, Cara Poltekpar Lombok dorong Pariwisata NTB

Lombok Tengah, Talikanews.com – Keberhasilan majunya pariwisata Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), tidak lepas dari berbagai kepentingan yang berada di sekitar destinasi wisata tersebut, seperti pemerintah daerah, masyarakat setempat dan para stakeholder. Dasar itulah Manajemen Politeknik Pariwisata Lombok bersama Pemda Lombok Tengah menggelar kegiatan Forum Kehumasan, Senin (9/12) di Poltekpar Lombok, Praya, Lombok Tengah.

Forum diskusi antar pemangku kebijakan pariwisata itu dilaksanakan untuk mendorong sinergitas Pentahelix, atau lima pilar utama pembangunan kepariwisataan di NTB.

“Membangun SDM parwisata itu butuh sinergitas semua pihak. Kita (di Pariwisata) mengenal istilah Pentahelix atau lima pilar, yang semua ini harus bersinergi. Termasuk dengan pers,” ungkap Direktur Poltekpar Lombok, Dr Hamsu Hanafi.

Hamsu memaparkan, Penthahelix meliputi unsur Akademisi, Bisnis, Pemerintah, Komunitas Masyarakat, dan Pers.

Di NTB sendiri untuk unsur akademisi sudah ada Poltekpar Lombok dan Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram.

Pemenuhan SDM kepariwisataan menurutnya, menjadi hal yang urgent dan perlu menjadi priorotas.

“(Kawasan) Mandalika nantinya akan ada 12 ribu kamar. Kalau masing-masing kamar butuh dua tenaga kerja saja, maka sudah dibutuhkan lebih dari 20 ribu orang. Peluang ini yang harus kita isi dan persiapkan SDM sejak sekarang,” katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut, Kementerian Pariwisata juga meminta Poltekpar Lombok untuk melakukan program pendidikan singkat.

Saat ini Poltekpar membuka pelatihan kepariwisataan kepada lulusan SMA dan SMK yang belum bekerja. Mereka bisa mengikuti program pendidik enam bulan.

Selain itu, ada juga program upgrading yang lebih singkat, antara 2 sampai 3 hari. Kursus ini dilaksanakan untuk peningkatan kapasitas para pekerja hotel, restoran homestay, dan lain sebagainya.

Sementara Pentahelix kedua, sektor Bisnis, di NTB sudah cukup banyak pengusaha pelaku wisata di sektor perhotelan, restoran, travel agent dan lain sebagainya.

Pemerintah Provinsi dan juga Pemda termasuk Lombok Tengah, sebagai unsur Pentahelix ketiga, juga sudah menerbitkan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan sektor Kepariwisataan di daerah ini.

Komunitas masyarakat sebagai unsur Pentahelix keempat juga terus dilakukan pembinaan, terkait Sapta Pesona dan Sadar Wisata.

“Nah peran Pentahelix kelima, Pers atau media massa juga sangat dibutuhkan, untuk mengabarkan bahwa daerah kita sudah siap. NTB sangat indah, aman, dan nyaman untuk dikunjungi,” kata Hamsu.

Hamsu menilai peran media massa sangat penting dan strategis dalam pembangunan kepariwisataan daerah.

Ia mencontohkan, masalah kebersihan dan sampah yang kerab kali mengkritisi program Zero Waste pemerintah NTB, bisa menjadi pemacu semangat untuk bersama-sama menemukan solusinya.

“Misalnya dengan kritisi yang objektif dan konstruktif, lama kelamaan akan terbangun kesadaran bersama untuk mendukung program Zero Waste ini. Di kampus ini misalnya, kami juga sudah melakukan Zero Waste,” katanya.

Contoh kasat matanya adalah aturan menggunakan tumbler non botol plastik bagi para civitas akademika kampus dan mahasiswa Poltekpar Lombok.

Untuk keperluan minum, mereka bisa mengisi ulang dengan air galon yang disiapkan di kampus.

“Untuk snack pun kita hindari kotak snack yang ada bahan plastiknya. Dan tempat sampah pola terpilah juga kita sediakan di sudut-sudut kampus,” katanya.

Hamsu menambahkan, peran pers di NTB juga sangat dibutuhkan terutama untuk bersama-sama memperkuat branding Lombok dan NTB secara umum sebagai destinasi superprioritas dengan brand Halal Tourism.

Kegiatan Forum Kehumasan dihadiri Sekda Lombok Tengah, H Muhammad Nusiah MSi, Kepala Bidang Dokumentasi Humas Pemprov NTB, Heri Agustiadi, serta sejumlah wartawan pariwisata cetak dan elektronik.

Dalam sambutannya saat membuka kegiatan, Sekda Lombok Tengah, H Muhammad Nursiah mengatakan, ada dua hal yang menjadi poin penting dalam Forum Kehumasan Poltekpar Lombok.

“Ada dua hal yang harus dimaknai bersama, yakni Pengertian dan Kepercayaan. Ini dua hal yang harus berhubungan langsung, dalam fungsi kehumasan, karena kalau orang sudah mengerti InsyaAllah mereka percaya,” kata Nursiah.

Dipaparkan, Pemprov NTB dan Pemda Lombok Tengah memiliki bagian Kehumasan. Komunikasi yang dibangun, tak lain dilakukan untuk memberi pengertian dan pemahaman pada masyarakat, sehingga timbuk kepercayaan publik kepada pemerintah.

“Pengertian dan Kepercayaan adalah dua hal yang harus dicapai dalam kehumasan. Termasuk juga komunikasi di sektor kepariwisataan, karena peran pers atau media massa memang sangat penting dan strategis,” katanya.

Nursiah berharap Forum Kehumasan Poltekpar Lombok bisa menjadi wadah sinergi antara Poltekpar Lombok dengan kehumasan Pemda, dan yang utama dengan unsur pers, media massa untuk bersama membangun pariwisata NTB ini.

“Dengan sinergitas yang terbangun maka komunikasi bisa lebih produktif. Pesan yang kita sampaikan juga tepat sasaran dan muaranya kepercayaan publik tumbuh dengan baik,” katanya.

Sementara itu, mewakili unsur pers, Suparman mengatakan, sebagai unsur Pentahelix pembangunan pariwisata, media massa di Lombok dan NTB secara umum siap mendukung program Poltekpar Lombok ke depan.

“Media massa memang memiliki fungi kontrol, sehingga terkadang pemberitaan terkesan mengkritik. Tapi itu semua demi kebaikan daerah juga, agar semua program yang bagus, termasuk di sektor pariwisata dapat berjalan sesuai pada relnya,” katanya.

Ia mengapresiasi Poltekpar Lombok yang sudah membangun komunikasi yang baik dengan pers.

“Kami harap sinergitas Pentahelix pariwisata di NTB dapat terjalin lebih baik lagi ke depan,” katanya. (TN-red)

Related Articles

Back to top button